Konsep Dasar IQ,EQ,dan SQ
Dalam pembicaraan yang berkaitan dengan konsep dasar IQ
,EQ dan SQ.yaitu
diperlukan keseimbangan pula dari kecerdasan emosi dan intelektualnya. Jadi seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap orang
mampu secara proporsional bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa-raga yang
penuh keseimbangan. Dari pernyataan
tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQ yang merupakan sebuah keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis) and Soul (Spiritual).
Menurut Danah
Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001, IQ bekerja untuk melihat ke
luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan),
maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’.
2.
Menjelaskan Fungsi EQ dalam membangun karir
Otak memegang peranan penting dalam membangun karir
seseorang karena
bahagian otak mengendalikan fungsi yang berbeda-beda.hal in dilihat bahwa
bahagian otak itu mempunyai pungsi masing masing ,sebagaimana diungkapkan dibawah ini:
a.
Medulla Oblongata (batang otak)
Berfungsi mengendalikan
fungsi-fungsi penyangga kehidupan dasar. Contohnya
pernafasan dan kelajuan denyutan jantung, mengendali suhu, proses
pencernaan, dan menyampaikan informasi dari serebelum.
b.
Serebelum (otak kecil / otak belakang)
Mengendalikan gerak tubuh
dalam ruang dan menyimpan ingatan untuk respon-respon dasar yang dipelajari.
c.
Sistem
Limbik ( otak tengah)
1)
Sistem limbik penting bagi pembelajaran dan ingatan jangka
pendek.
2)
Menjaga homeostatis di dalam tubuh yaitu tekanan
darah, suhu badan dan kadar gula dalam darah.
3)
Terlibat dalam emosi ketahanan hidup dari hasrat seksual
atau perlindungan
badan.
4)
Sistem limbik mengandung Hipotalamus yang sering dianggap penting.
5) Hipotalamus
mengatur hormon, emosi, makanan, minuman, suhu badan, keseimbangan kimiari, tidur, dan bangun serta
mengatur kelenjar utama dari otak (
kelenjar pituitari)
d.
Serebrum ( korteks serebral)
1)
Serebrum
adalah karya besar evolusi alam dan
bertanggungjawab atas
ketrampilan termasuk ingatan, komunikasi, pembuatan keputusan dan kreativiti.
2)
Fungsinya pengaturan, ingatan, pemahaman, komunikasi, kreativitas, pembuatan keputusan,
bicara, dan musik.
e.
Kekuatan otak adalah serebrum atau disebut 'Otak Kiri dan Otak Kanan'.
1) Serebrum
membagikan tugas ke dalam dua kategori utama yaitu otak kanan dan otak kiri.antara tugas
otak kanan adalah irama, kesedaran ruang, imaginasi, melamun, warna, dimensi
dan tugas‑tugas
yang memerlukan kesedaran holistik atau gambaran keseluruhan.
2) Antara tugas otak kiri adalah kata-kata, logikal,
angka, urutan, daftar
dan analisis.
3 .Pengaruh SQ dalam kehidupan
Dalam satu tulisan yang ungkapkan
oleh DR HC Ary Ginanjar Agustian, salah
seorang penemu ESQ, yang berjudul Spiritual Management , beliau menceritakan
sebuah cerita yang sangat menarik terkait dengan makna hidup bagi seseorang
yang sangat berpengaruh dalam kehidupan. Yaitu tatkala seseorang telah
mencapai kesuksesan dunia.keberhasilan dalam karir,terpenuhinya segala
kebutuhan harta benda,ternyata ada hal yang kosong atau hampa tanpa makna,sebab
seseorang belum menyadari apa makna hidup yang sebenarnya.
Sekarang mari kita renungkan, lalu
pembelajaran seperti apa yang tepat untuk
kita yang memiliki kemungkinan memiliki sisa umur 10, 20, 30, 50 atau
tahun lagi? Anak-anak yang hidupnya hanya tinggal beberapa saat saja mereka diajarkan nilai-nilai, lantas
bagaimana dengan kita yang memiliki harapan hidup lebih panjang yang
bekerja di perusahaan atau instansi?
Fenomena ini
membuat kita semakin mengerti mengapa seseorang yang diberi kesempatan hidup kedua mengalami fenomena
berhadapan dengan maut maka
sekonyong-konyong cara hidupnya berubah. Hidupnya menjadi lebih punya
arti, lebih punya makna, dan lebih punya nilai.
Artinya kesadaran orang akan mati dan umur yang terbatas
sesungguhnya adalah salah satu cara efektif untuk membangun karakter seseorang.
Akan tetapi sangat mahal apabila harus
mengalami terlebih dahulu "near death
experience" secara ril. Sekarang di zaman modern ini hal tersebut bisa ditrainingkan, agar bisa ditanamkan dan value
menjadi sebuah belief system yang tidak hanya sekedar menjadi hiasan
dinding.
Ada kisah menarik. Di bilangan
Jakarta Selatan ada seorang pengusaha yang
amat kaya, ia pemilik salah satu hotel termewah di sana.
Apa yang ia kerjakan setiap hari? Ia
memandikan dan membersihkan penderita penyakit kusta, hingga ia pun tertular
kusta!
Mengapa ini ia
lakukan? Ia mengalami proses "near death experience" dan memperoleh kesempatan hidup yang
kedua setelah dokternya mengatakan bahwa ia tidak bisa disembuhkan, lalu ia
shalat tahajud 40 malam. Dan ternyata sembuh! Setelah itu cara pandang akan hidupnya berubah. Ia mengerti akan arti hidup
melalui sebuah pengalaman.
Paparan di atas
mengingatkan kita akan problematika pelajar dan mahasiswa di negara kita. Mencermati fenomena tawuran
yang terus meningkat baik dari segi jumlah
maupun agresifitasnya, menunjukan persoalan
pada generasi muda yang cukup serius yaitu kemiskinan nilai dan
kemiskinan tentang makna hidup.
Menanggapi peristiwa tawuran yang
terjadi dibeberapa tempat menyababkan kematian siswa dan mahasiswa, Wakil
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar
Kasim mengatakan bahwa dunia pendidikan betul-betul berada pada titik
nadir yang paling rendah dan dianggap gagal dalam membentuk generasi penerus
bangsa.
Lalu bagaimana
dengan sistem perekrutan karyawan dan pembinaan di perusahaan atau instansi? Karena sesungguhnya
merekalah yang akan direkrut, Ternyata yang diutamakan dalam pemilihan karyawan
baru lagi-lagi masih juga seputar kecerdasan
intelektual. Begitu pula dengan pembinaan karyawan kebanyakan masih
seputar skill dan knowledge. Padahal mereka
telah mengalami proses pembudayaan yang sedemikan rupa selama bertahun-tahun baik di SMA nya ataupun di kampus dan lingkungannya. Hal inilah yang akan
memunculkan banyak permasalahan di kemudian hari.
Silicon Valley
terkenal sebagai tempat berkumpulnya perusahaanperusahaan teknologi dunia seperti Google, Apple,
Yahoo, dan Hewlett-Packard (HP). Namun, para
petinggi perusahaan di Silicon Valley tersebut justru menyekolahkan anak
mereka di sekolah yang tidak memiliki komputer sama sekali. Waldorf School of
The Peninsula tempat para petinggi
perusahaan high tech tersebut menyekolahkan anaknya justru menjauhkan
siswa-siswanya dari computer. Mereka menekankan pendidikan kepada aktivitas
fisik dan belajar secara kreatif. Alat-alat belajar yang digunakan para siswa adalah pena, kertas, bahkan
bisa menggunakan alat rajut dan lumpur.
Sekolah ini hanya berhiaskan papan tulis
dengan kapur warna-warni, rak buku ensiklopedi, meja kayu penuh workbook,
dan pensil-pensil.
Di sekolah ini anak-anak juga diajari
berhitung dengan cara-cara unik, seperti memotong buah menjadi beberapa bagian
dan kegiatan lainnya yang menuntut kreativitas
guru dan siswa. Para pendidik dan orangtua percaya bahwa pendidikan dan
teknologi tidak
bisa dicampuradukkan. Mereka percaya bahwa
komputer menghambat pemikiran
dan gerakan kreatif anak, serta mengurangi interaksi antar manusia secara langsung. Di sini mereka belajar
tentang nilai dan makna.
Kembali ke masalah pendidikan, konon
keruntuhan ekonomi dunia yang terjadi
beberapa waktu lalu hingga saat ini, ada hubungannya dengan sistem pendidikan. Shoshana Zuboff, seorang
profesor di Harvard Business School
dan telah mengajar selama 15 tahun di program MBA. Ia mengatakan bahwa
yang selama ini diajarkan di sekolah-sekolah telah melahirkan para pelaku
bisnis yang tidak lagi dapat dipercaya.
2. Dengan demikian pendidikan nilai dan karakter makin
dirasakan tidak saja penting bagi para siswa namun juga para karyawan di
perusahaan Perlu kiranya kita pahami terlebih dahulu beberapa pandangan para ahli berkaitan dengan
pengaruh SQ dalam kehidupan .untuk mempertemukan alur pikiran dan pendapat
dari beberapa sudut pandang yang berbeda satu sama lain.
Sebagaiamana diungkapkan oleh Manpj Yadap .(Mind-soul
;maret 25.2013 ) What is
spiritual Inteligence ( SQ)
”Spiritual inteligence is a
relatively new term and has not been widely studied
by scientists.in some cases, the
disproval of SQ can be attributed to
denial of the existence of spirit by scientific community.Spritual inteligence is also known as the social inteligence of and indivudualperson,this is more
appealing definition to some ,as the concept of spirit is removed from
the equation.while IQ helps in analyzing a task and EQ represent the
basic motivation behind the task,SQ helps one to tackle the very
basic question of ”why should the task be performed .? Spiritual
inteligence or social inteligence of person is dependent upon social factors
and the nature of the individual`s environment or community,although the
person might be living in occordance with a particular society`s
standards, the same rules may or may not be universal across all human society. ”
Inteligensi spiritual adalah istilah yang
relatif baru dan belum banyak dipelajari oleh para ilmuan dalam
beberapa kasus, penolakan terhadap SQ dapat dikaitkan dengan
penolakan keberadaan roh oleh masyarakat ilmiah.
Inteligensi
spritual juga dikenal sebagai inteligensi sosial dan orang secara indivudu,
ini adalah definisi yang lebih menarik bagi sebagian orang, sebagai
konsep roh akan dihapus dari Inteligen Quation. Sementara membantu dalam menganalisis tugas dan
EQ merupakan motivasi dasar di balik tugas, SQ membantu seseorang untuk
mengatasi pertanyaan yang sangat dasar "mengapa tugas dilakukan.?
Inteligensi spiritual atau
inteligensi sosial orang tergantung pada faktor-faktor
sosial dan sifat individu lingkungan atau masyarakat, meskipun orang tersebut mungkin tinggal sesuai
dengan masyarakat standar tertentu,
aturan yang sama mungkin atau mungkin tidak universal di semua
masyarakat manusia.
Kita perhatikan
juga uraian dari Danar Zohar dan Ian Marshall dari Harvard
University dan Oxford University menjelaskan bahwa .Kecerdasan SQ kecerdasan
spiritual adalah sebagai kecerdasan untuk menghadapi
persoalan makna atau value untuk menempatkan perilaku dan hidup kita
dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. SQ juga bermakna kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan mendalam
. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Kecerdasan ini terletak dalam suatu
titik yang disebut dengan God Spot. Mulai populer pada awal abad 21. Melalui
kepopulerannya yang diangkat oleh Danar Zohar dalam bukunya Spiritual Capital
dan berbagai tulisan seperti The Binding Problem karya Wolf Singer. Dalam
beberapa bagian bukunya Zohar dan Marshal
mencoba menyoroti hubungan antara agama
dan SQ. Karena pada umumnya orang beranggapan bahwa SQ selalu berhubungan dengan agama. Padahal menurut
kedua pengarang tersebut SQ berbeda
dengan agama. Kalau agama merupakan aturanaturan dari luar sedang SQ
adalah kemampuan internal. Sesuatu yang menyentuh dan membimbing manusia dari
dalam. SQ mampu menghubungkan manusia dengan
ruh esensi di belakang semua agama. Orang
yang SQ-nya tinggi tidak picik dan fanatik atau penuh prasangka dalam
beragama.
Pengertian
spiritualitas yang dikemukakan oleh Zohar dan Marshall tidak selalu mengkaitkan
dengan masalah ketuhanan. Bagi mereka, kecerdasan spiritual lebih banyak terkait
dengan masalah makna hidup, nilai-nilai dan keutuhan diri. Kesemuanya tidak
perlu berkait dengan
masalah ketuhanan. Orang dapat menemukan makna hidup dari bekerja, belajar,
berkarya bahkan ketika menghadapi problematika dan penderitaan. Di sini tampak bahwa Zohar dan Marshall menempatkan agama
hanya sebagai salah satu cara mendapatkan SQ tinggi.
Menurut para pakar, kecerdasan inilah
yang sebagai penentu kesuksesan seseorang.
Kecerdasan ini menjawab berbagai macam pertanyaan dasar dalam diri
manusia. Kecerdasan ini juga menjawab dan mengungkapkan tentang jati diri
seseorang, “Who Jam“.
Orang yang ber SQ tinggi mampu
memaknai penderitaan hidup dengan memberi
makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang
dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang
positif. Manusia yang memiliki SQ tinggi cenderung akan lebih bertahan hidup dari pada orang yang
ber SQ rendah. Banyak kejadiankejadian
bunuh diri karena masalah yang sepele, mereka yang demikian itu tidak bisa memberi makna yang positif dari
setiap kejadian yang mereka alami
dengan kata lain SQ atau kecerdasan spiritual mereka sangat rendah. Dalam tinjauan lain sebagaimana
diungkapkan oleh Ary Ginanjar dalam bukunya
Emosional Quotien dijelaskan bahwa Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan utnuk menghadapi persoalan makna,yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup kita
dalam konteks makna yang lebih luas
dan kaya,kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna disbanding dengan yang lain. Spiritual quotion adalah landasan
yang diperlukan untuk mempungsikan IQ dan EQ
secara efektif,SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia. Dalam ESQ
,kecerdasan spiritual adalah kemampuan member makna spiritual terhadap
pemikiran ,prilaku dan kegiatan serta mampu
mensinergikan IQ,EQ dan SQ secara komprehensif dan transedental. Orang yang bekerja dalam kontek SQ
mempunyai prinsip,bekerja adalah memberi,dan
berorientasi pada pengabdian kepada tuhan.yaitu orang yang memaknai
pekerjaannya sebagai pengabdian kepada tuhan dan demi kepentingan umat manusia yang dicintainya,berpikir secara integral dan
membantu suatu kondisi dalam kesulitan secara keseluruhan,harus mempunyai prinsip yang timbul dari dalam dan bukan
dari luar saja.tidak terpengaruh oleh lingkungan sehingga terjadi
penggabungan atau sinergi antara rasionalitas
dunia ( EQ dan IQ) serta kepentingan spiritual yang hasilnya adalah
kebahagiaan dan kedamaian pada jiwa orang yang melakukannya. Inilah etos kerja
yang tertinggi nilainya.
Dalam suatu kata mutiara yang perlu
dicamkan seperti ungkapan berikut:
Take time to think,
it is the source of power. take time to read ,it is the foundation of
wisdom. Take time to quiet, it is the opportunity to seek goal
.take time to dream, it is the
future made of .take time to pray ,it is the greatest power on earth.
Dalam sebuah seminar tentang
pendidikan di Palembang yang penulis ikut
hadir didalamnya yang direalisasikan sebagai hasil kesimpulan seminar tersebut berbunyi “Belajar
menghasilkan ilmu,ilmu menghasilkan keterampilan, keterampilan menciptakan
ekerjaan,pekerjaan membuahkan penghasilan atau pendapatan materi
dan non materi,pendapatan member kesempatan dan kemampuan untuk
pengabdian,pengabdian menghasilkan makna hidup dan kebahagiaan.
Dari pola pikir seperti itu adalah
kenyataan dalam kehidupan kita sehari-hari, dimana manusia berusaha pada akhir
tujuannya adalah kebahagiaan dalam bentuk nilai ,harga diri dihadapan munusia
dari hasil kerja kerasnya disamping memperoleh
kecukupan dalam materi dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.namun dalam konsep SQ semestinya rumus kehidupan
sebagai hasil dari seminar tersebut harus dibalik yaitu awali semua kegiatan
dengan landasan ketuhanan dengan segala aspeknya yaitu nilai yang baik,pengabdian
sebagai tujuan ,kokoh dengan integritas dan
ketulusan dan keyakinan,maka timbul kreativitas,inovasi dan keluwesan
,ilmu dan keterampilan adalah sarana yang mendampingi kesuksesan yang
teraplikasi dalam pekerjaan yang professional, handal .sehingga sasaran yang
akan dicapai lebih jauh,tidak terbatas pada alam dunia saja tetapi menembus pada sasaran suci diciptakannya manusia sebagai
pengabdi dihadapan tuhan yang maha kuasa.
Jadi dari uraian
yang diungkapkan oleh Manpj Yadap , Danar Zohar dan Ian Marshall dari Harvard University dan Oxford
University dengan uraian dari Ary Ginanjar
terdapat perbedaan yang signifikan yaitu menurut Danar Zohar dan Ian Marshal
mengatakan bahwa Kecerdasan SQ kecerdasan
spiritual adalah sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna
atau value untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya. SQ juga bermakna kecerdasan
untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan mendalam,namun
tetap berada dalam batas kehidupan
nyata,namun dalam uraian Ary Ginanjar memaknakan bahwa SQ dalam ESQ ,kecerdasan spiritual adalah
kemampuan member makna spiritual terhadap pemikiran ,prilaku dan kegiatan serta
mampu mensinergikan secara seimbang antara
IQ, EQ dan SQ secara komprehensif dan transedental.
Karena Orang yang bekerja dalam
kontek SQ mempunyai prinsip,bekerja adalah
memberi,dan berorientasi pada pengabdian kepada tuhan.yaitu orang yang memaknai pekerjaannya sebagai pengabdian kepada tuhan dan demi kepentingan umat manusia
yang dicintainya,berpikir secara integral dan membantu suatu kondisi
dalam kesulitan secara keseluruhan.
No comments:
Post a Comment